Postingan Terunggul Hari Ini

4 Pilihan Dalam Berkehidupan

4 pilihan dalam berkehidupan : Ada 4 Pilihan dalam berkehidupan, kamu bisa pilih salah satunya, atau lebih dari itu : 1. Dengan kedudukan Ja...

Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia


Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia – Hai sahabat Segala Fakta, kali ini kita akan membahas tentang Perkembangan Teknologi dan sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia. Langsung dibahas yuk :

Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia
Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia



1. Perkembangan Teknologi

Kehidupan manusia makin lama makin berkembang, demikian juga budayanya termasuk teknologinya. Perkembangan teknologi di Indonesia dikenal dengan masa perundagian. Suatu kemahiran yang baru pada masa perundagian ialah kepandaian menuang logam. Teknik peleburan logam merupakan suatu teknik tingkat tinggi, karena untuk melebur logam dan menjadikan suatu alat, diperlukan cara-cara khusus yang belum dikenal sebelumnya. Logam harus dipanaskan hinga mencapai titik leburnya, kemudian dicetak menjadi perkakas-perkakas yang diperlukan.

Sementara zaman logam berkembang di Indonesia, kebudayaan batu tidaklah punah bahkan keduanya berkembang dan tetap dipergunakan. Dalam perkembangannya kehidupan masyarakat sudah teratur dan telah mengenal bentuk-bentuk pertama sistem pemerintahan kerajaan (Prothotype kerajaan). Manusia telah mampu menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar atau Megalitikum (Mega= besar ; Lithos = batu). Kedua kata tersebut berasal dari Yunani. Yang dimaksud dengan bangunan megalit adalah bangunan-bangunan yang dibuat dari batu-batu besar dan digunakan dalam hubungannya dengan kepercayaan zaman pra sejarah.

Bangunan megalit dibuat dari batu-batu besar yang sering harus didatangkan dari tempat lain sebelum didirikan di suatu tempat yang dipilih. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut telah dikerahkan sejumlah besar tenaga. Walaupun pengerahan tenaga didsarkan atas asas gotong royong, tetapi tentunya hanya dapat dilaksanakan jika pembuatan bangunan itu dirasakan cukup penting oleh masyarakat. Dalam kenyataanya pembuatna bangunan megalit memang sesuatu yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat yang membangunnya. Bangunan-bangunan megalit adalah bangunan-bangunan yang sangat penting pada masa itu. Bangunan itu dibangun untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan nenkmoyang mereka.

Hasil-hasil budaya megalitikum ialah sebagai berikut :

a. Menhir, yaitu tugu dari batu tunggal. Fungsingya sebagai tanda peringatan suatu peristiwa atau sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang. Karena itu menhir dipuja orang. Menhir ditemukan di berbagai tempat di Indonesia, misalnya di Sumatera selatan, Sulawesi tengah dan Kalimantan.

b. Dolmen, yaitu meja batu, yang fungsinya sebagai tempat meletakkan sajian untuk pemujaan roh nenek moyang. Jadi dianggap sebagai tempat pemujaan. Kecuali sebagai meja untuk meletakkan sesaji, ada juga dolmen yang dipergunakan sebagai peti mayat. Bangunan ini oleh penduduk disebut : “Makam cina”. Pada temuan dolmen ini terdapat tulang-tulang manusia. Kecuali itu, juga ditemukan benda-benda lain seperti periuk, gigi binatang, poselin dan pahat dari besi. Bneda-benda itu dianggap sebagai bekal bagi yang meninggal di dunia baru. Dolmen banyak ditemukan di jawa Timur, terutama di daerah Bondowoso.

c. Sarkofagus atau Keranda yaitu peti batu besar bentuknya seperti palung/lesung dan diberitutup. Fungsinya sebagai kuburan atau peti mayat. Di dalamnya ditemukan tulang-tulang manusia bersama bekal kuburnya. Bekal kubur ini berupa periuk-periuk, beliung persegi dan perhiasan dan juga benda-benda perunggu dan besi. Daerah temuan yang paling banyak ialah bali. Hampir di setiap desa ditemukan sarkofagus. Di Bali, sampai sekarang Sarkofagus masih dianggap keramat dan dianggap mengandung suatu kekuatan magis.

d. Kubur batu, yaitu kuburan dalam tanah dimana sisi samping, alas dan tutupnya diberik semacam papan-papan dari batu. Fungsinya untuk mengubur maya. Hanya bentuknya berbeda dengan dolmen atau sarkofagus. Dolmen dan Sarkofagus dibuat dari batu utuh yang kemudian dibuat peti. Sedangkan kubur batundari lempengan batu, yang disusun menjadi peti. Kubur batu ini banyak ditemukan di daerah kuningan, jawa barat.

e. Punden berundah-undah, yaitu bangunan dari batu yang disusun bertingkat. Fungsinya sebgai pemujaan roh nenek moyang. Bangunan ini merupakan prototype (bentuk pendahuluan) dari candi. Punden berundak antara lain ditemukan di Lebak Sidebug daerah Banten selatan.

f. Arca, yaitu bangunan dari batu.  Ada yang berbentuk manusia dan yang berbentuk binatang (Merupakan perwujudan dari roh nenek moyang). Arca dari megalitik bentuknya sangat sederhana dan kasar. Arca yang berbentuk manusia umumnya digambarkan manusia secara utuh atau setengah badan.

Sedangkan arca-arca yang berbentuk binatang yang digambarkan seperti gajah, kerbau, harimau dan monyet. Untuk membuat arca dipilih batu yang bentuknya mirip dengan arca yang akan dibuat. Jadi, tidak banyak dari bagian batu itu yang dibuang dan bentuk aslinya sering-sering masih jelas. Arca itu banyak ditemukan di lampung, sumatera selatan, jawa tengah dan jawa timur. Salah satu yang terkenal ialah batu gaja, yaitu sebuah patung batu besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang gajah.

Demikianlah berkaitan dengan latar belakang kepercayaan akan kehidupan di akhirat dan alam pikiran yang mendasarkan pemujaan nenek moyang di akhirat dan alam pikiran yang mendasarkan pemujaan nenk moyang, terwujudlah berbagai macam bangunan yang kita sebut hasil-hasil kebudayaan Megalitikum.

Berkaitan dengan perkembangan teknologi, dalam kehidupan masyarakat juga telah mengenal teknik-teknik pengolahan logam (perunggu dan besi). Tempat untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian, dan orang yang ahli mengerjakannya dikenal dengan sebutan undagi (tukang) itulah sebabnya zaman perundagian biasa disebut juga zaman kemahiran teknologi.

Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia
Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia


Adapun cara pembuatannya ada dua teknik, yaitu :

a. Teknik Bivolve, yaitu cetakan yang terdiri dari dua bagian, kemudia diikat dank e dalam rongga dalam cetakan itu dituangkan perunggu cair. Cetakan tersebut kemudian dilepas dan jadilah barang yang dicetak.

b. Teknik s Cire Perdue (membuat model benda dari lilin). Benda yang akan dicetak dibuat dari lilin atau sejenisnya, kemudian dibungkus dengan tanah liat yang diberi lubang. Setelah itu dibakar, maka lilin akan melelh. Rongga bekas lilin tersebut diisi dengan cairan perunggu, sesudah dingin perunggu membeku dan tanah liang dibuang maka jadilah barang yang dicetak.

Zaman logam dibagi menjadi tiga zaman, yakni :

a. Zaman Tembaga

Pada masa ini manusia sudah mampu mengolah logam tembaga yang sesuai dengan bentuk=bentuk peralatan yang dibutuhkannya, seperti periuk, belanga dan sebagainya.

b. Zaman Perunggu

Pada masa ini manusia sudah mampu membuat peralatan dari perunggu. Perunggu merupakan loga campuran antara tembaga dengan timah.

c. Zaman besi

Pada masa ini, alat-alat kehidupan manusia sudah meningkat lagi, disamping dibuat dari tembaga dan perunggu banyak sudah yang terbuat dari besi. Manusia telah dapat melebur biji-biji besi dalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan kebutuhannya, seperti mata kapak, mata pisau, tombak , cangkul dan sebagainya.

Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia

Hasil-hasil  kebudayaan perunggu diantaranya :

1. Nekara Perunggu

Nekara adalah semacam gendering dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup, jadi kira-kira sama dengan dandang yang ditelungkupkan. Nekara yang ditemukan di Indonesia ada yang mempunyai ukuran besar dan ukuran kecil. Nekaray ang ditemukan di Pejeng, Bali adalah nekara dalam ukuran besar. Nekara ini bergaris tengah 160 cm dan tinggi 186 cm. Benda ini sekarang disimpan di Pura Panataran-sasih, Gianyar, Bali. Nekara ini sangat dipuja oleh masyarakat. Tidak semua orang dan setiap waktu orang bisa melihatnya karena nekara ini dianggap barang suci, yang hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, yaitu dengan cara ditabuh untuk memanggil arwah atau roh nenek moyang.

Nekara perunggu banyak ditemukan di Sumatera, jawa, bali, pulau sangean dekat Sumbawa, Roti, Leti, Selayar dan kepulauan Kei. Di Alor banyak pula terdapat nekara, tetapi lebih kecil dan ramping daripada yang ditemukan di lain tempat. Nekaran yang demikian itu, biasa disebut moko, dan sangat dihargai penduduk sebagai barang pusaka atau mas kawin.

Hiasan-hiasan pada nekara itu sangat indah berupa garis-garis lurus dan bengkok, pilin-pilin dan gambar geometris lainnya, binatang-binatang (burung, gajah,merak, kuda rusa), rumah, perahu, orang=orang berburu, tari-taran, dan lain-lain. Dari berbgai lukisan kita mendapat gambaran tentang penghidupan dan kebudayaan yang ada pada masa itu.

Pada nekara dari Sangean ada gambar orang menunggang kuda beserta pengiringnya, keduanya memakai pakaian Tartar. Gambar-gambar orang Tartar ini memberi petunjuk akan adanya hubungan dengan daerah tiongkok. Pengaruh-pengaruh dari zaman itu kini masih nyata pada seni hias suku bangsa dayak dan Ngada (flores).

Dengan ditemukannya cetakan Nekara yang terbuat dari batu di desa Manuaba (Bali), maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua Nekara itu berasal dari luar Indonesia.

2. Kapak Corong

Kapak corong bentuk bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya berbentuk corong. Maka, kapak ini disebut juga kapak corong atau kapak sepatu. Kapak corong ditemukan di sumatera selatan, jawa, bali, Sulawesi tengah, dan selatan, pulau selayar dan irian dekat danau sentani. Bentuk kapak ini sangat banyak, jinisnya ada yang kecil, ada yang besar disertai hiasan, ada yang pendek lebar, ada yang bulat, dan ada pula yang panjang satu sisinya.

Kapak corong yang memiliki panjang satu sisi dsebut candrasa, bentuknya sangat indah dan penuh hiasan. Fungsinya sebagia tanda kebesaran dan alat upacara keagamaan. Kadang-kadang kapak tersebut dihiasi gambar-gambar mata yang oval atau juga dengan ragam hias garis-garis geometris dan pilin berganda (double spiral).

3. Bejana Perunggu

Bejana ditemukan di Tepi Danau Kerinci dan di Madura bentuknya seperti periuk, tetapi langsung dan gepeng. Keduanya mempunyai hiasan yang serupad dan sangat indah berupa gambar-gambar geometrid an pilin-pilin yang mirip huruf J. Pada bejana di Madura dihiasi dengan gambar burung merak dan rusa dalam kotak-kotak segitiga. Selain di Madura dan kerinci,Bejana seperti ini juga ditemukan di Pnom Penh (kamboja), maka tidak dapat disanksikan lagi bahwa kebudayaan logam di Indonesia memang termasuk satu golongan kebudayaaan logam asia yang berpusat di dongson itu. Itulah sebabnya, zaman perunggu di Indonesia ini lebih dikenal dengan nama kebudayaan dongson.

4. Arca-Arca Perunggu

Arca perunggu yang ditemukan berupa arca yang menggambarkan orang yang sedang menarik, berdiri, naik kuda, dan ada yang sedang memegang panah. Ada juga yang menggambarkan binatang antara kuda dan kerbau, tetapi semua arca bentuknya kecil-kecil, yaitu berukuran 5-15 cm. Arca tersebut ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor dan Palembang.

5. Perhiasan Perunggu

Selain kapak Corong dan Nekara banyak pula benda-benda lainnya dari zaman perunggu yang didapatkan, sebagian besar berupa barang-barang perhiasan, seperti gelang, binggel (gelang kaki), anting-anting, kalung, dan cincin. Benda-benda itu ditemukan di bogor, Bali dan Malang. Banyak perhiasan yang ditemukan sebagai bekal kubur.

Di samping benda-benda perunggu, zaman logam juga menghasilkan barang-barang dari besi meskipun jumlahnya tiak banyak. Jenis barang-barang besi yang dibuat pada zaman logam antara lain kapak, sabit, pisau, tembilang, pedang,cangkul dan tongkat.

Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia

2. Sistem kepercayaan

Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, maka masyarakat Indonesia sebelum adanya pengaruh Hindu-Budha juga telah mempercayai adanya kekuatan di luar diri mereka. Hal ini juga tidak terlepas dari kehidupan mereka.

Mereka hidup dari berladang dan bersawah. Dalam mengolah/mengerjakan ladang atau terutama sawah harus ada kerjasama diantara mereka, seperti gotong royong membuat parit, membuat pintu air, bahkan mendirikan rumah. Kehidupan ini hanya dapat berjalan dalam masyarakat yang sudah teratur, yang telah mengetahui hak dan kewajibannya. Ini berarti telah da organisasi dan yang menjadi pusat organisasi ialah desa da ada aturan-aturan yang harus dipatuhi bersama. Kepentingan desa berarti kepentingan bersama. Dalam suasana untuk saling memahami, saling menghargai, tolong menolong dan bertanggung jawab, maka muncullah faktor baru, yakni pemimpin (ketua desa/datuk). Yang memegang pimpinan adalah ketua adat, yang dianggap memiliki kelebihan dari yang lain. Ia harus melindungi anggotanya dari serangan kelompok lain, atau ancaman binatang buas sehingga tercipta kemakmuran, kesejahteraan dan ketentraman. Pemimpin bekerja untuk kepentingan seluruh desa, maka masyarakat berhutang budi kepada pemimpinnya. Sifat kerja sama antara rakyat dan pemimpinnya membentuk persatuan yang kuat, memunculkan kepercayaan, yakni memuja roh nenek moyang, memuja roh jahat dan roh baik bahkan mereka percaya bahwa tiap-tiap benda memiliki roh. Dengan demikian muncullah animism, dinamisme dan Totemisme.

Demikianlah Artikel tentang Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia. Semoga bermanfaat.

Silahkan Masukkan Email anda Untuk Update Fakta Lainnya:

0 Response to "Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia"

Post a Comment

Tolong Jangan Melakukan SPAM ya.
KOMENTARLAH SESUAI ARTIKEL DI ATAS :)

TERIMA KASIH
ADMIN
INDRA SAPUTRA