Postingan Terunggul Hari Ini

Suasana Pada Masa lalu Membawa Mendung

Terpendam rindu mendayung kalbu, hati-hati untuk kusentuh, takut-takut bisa menyakiti. Sayup-sayup hening menyapa, mengantar roh pada masa i...

sadar akan efek rokok


Ada 6 level kecanduan zat adiktif bagi manusia. Level pertama yang paling ringan adalah kecanduan kopi; yang kedua adalah kecanduan marijuana/ganja; yang ketiga adalah kecanduan alkohol; yang keempat adalah kecanduan heroin; yang kelima adalah kecanduan morfin, dan yang paling tinggi levelnya adalah kecanduan nikotin. Jika kalian belajar kesehatan (apalagi seorang dokter); atau punya teman yang mengerti, silahkan konfirmasi hal ini, biar tidak merasa saya apusi/tipu.

Nah, kalau sudah dikonfirmasi, sungguh semua orang harus tahu, kecanduan nikotin (rokok) justeru ada di puncaknya.

Bagi saya, pertanyaan paling menarik, bukan hal2 terkait ini, atau membantahnya; karena jelas orang2 kedokteran lebih paham (dan sama saja sok tahu kalau saya membantahnya); yang menarik adalah, jika demikian adanya, kenapa industri rokok begitu raksasa hari ini? Kalau kita tahu betapa berbahayanya nikotin, kenapa dibiarkan begitu saja?

Maka jawabannya ada dua. Yang pertama, tentu saja karena orang2 yang merokok keberatan dibilang sebagai pencandu. Mereka menuntut merokok dilegalkan, tidak mau disamakan dengan alkohol atau narkoba; Sudah rumus umum, hal2 yang menyenangkan (tapi merusak) seperti rokok ini, tentu banyak peminatnya. Apakah perokok tidak sadar itu merusak? Mereka amat sadar sesadarnya. Kenapa mereka tidak mau berhenti? Inilah yang menjelaskan kenapa kecanduan nikotin duduk dipuncak jawara zat adiktif.

Yang kedua, alasan yang lebih rumit lagi, ini murni bisnis. Industri rokok besar sekali; di Indonesia saja, satu perusahaan rokok bisa untung 10 triliun setiap tahun, itu uang melimpah ruah. Jika sesuatu itu uangnya besar, maka tanpa diminta, banyak orang yang merasa berkepentingan. Saat banyak orang yang merasa berkepentingan, tanpa perlu dibujuk, disuruh, mereka sudah bersedia membela.

Dalam situasi yang sudah terlanjur ini, saya kira, tidak ada gunanya mengurusi orang2 yang sudah merokok. Dan jelas kalian GR deh kalau merasa saya sedang rese dengan kalian yang merokok. Dinasehati atau tidak, sama saja reaksi mereka. Lebih baik fokus kepada yang belum dan tidak akan merokok. Itulah gunanya kampanye tidak merokok ini harus digalang, didukung oleh orang2 yang masih memiliki konsen kepedulian--dan semoga itu termasuk kalian.

Ada berita terbaru yang menakjubkan, dewan kota New York baru saja menyetujui menaikkan usia minimum untuk membeli rokok, dari usia 18 tahun menjadi 21 tahun. Ini keren sekali, di kota paling bebas, di negara paling bebas, regulasi merokok telah beranjak ke level berikutnya. Kota ini tahu sekali biaya dan buruknya kebiasaan merokok, mereka berhitung dengan akal sehat, lantas membuat peraturan yang semakin menyulitkan rokok.

Di negara2 maju, regulasi merokok juga semakin mencekik. Kota2 Australia misalnya, mereka semakin memperbanyak daftar tempat terlarang merokok, tidak bisa seenaknya merokok. Negara2 maju di Eropa juga menaikkan cukai habis2an, rokok jelas bukan barang murah, karena para perokok tahu sekali resiko kena kanker, jantung, dll, jadi mereka pastilah orang kaya. Banyak perusahaan rokok di luar negeri pindah ke negara2 berkembang, karena bisnis di negara mereka lesu dan suram. Indonesia salah-satunya target pasar yang empuk.

Saya sungguh tidak tahu ke arah mana di negeri ini soal rokok, karena faktanya sangat menyedihkan. Sebagian perokok kita datang dari keluarga miskin, yang malah menghabiskan uang mereka utk merokok, bukan utk gizi, atau pendidikan. Mereka berada dalam cekikan bisnis rokok--yang justeru datang dari negara2 maju. Kelas menengah dan orang2 terdidik yg seharusnya berpikir sehat, malah menghabiskan waktu membahas tentang buruh, tenaga kerja, pajak. Lupa tentang fakta paling simpel: kita tidak bisa membenarkan sesuatu hanya karena alasan ekonomi saja.

Semoga masih banyak orang2 yang peduli, yang berani terus konsisten menyuarakan soal rokok ini.

Sekali lagi, saya sedang tidak rese membahas kalian yg sudah merokok; saya sedang mengurus anggota page ini yang masih remaja, merekalah yang sedang saya ajak bicara.

courtesy :*Tere Liye

Silahkan Masukkan Email anda Untuk Update Fakta Lainnya:

0 Response to "sadar akan efek rokok"

Post a Comment

Tolong Jangan Melakukan SPAM ya.
KOMENTARLAH SESUAI ARTIKEL DI ATAS :)

TERIMA KASIH
ADMIN
INDRA SAPUTRA